
Debat Capres Bukan Ajang Bawa Perasaan
FOTO Ilustrasi
MENYIMAK debat Calon Presiden dan Wakil Presiden yang sudah berlangsung ketiga kalinya, kepanikan dan soal bawa perasaan (Baper) sangat lucu karena kita ketahui bahwa debat itu menggagas program yang nantinya akan dijalankan ketika terpilih menjabat presiden.
Tapi lucunya, justru giat debat menjadi kepanikan dan tidak siap menerima kritikan dari lawan debatnya.
Padahal dalam setiap debat, para pendebat itu harus siap menerima serangan-serangan tajam, dan menohok pada substansi debat itu sendiri.
Wajib juga membuka diri untuk menerima “hujatan” dan hantaman sesuai tema debat, tanpa ada rasa sakit hati maupun bawa perasaan.
Namun yang terjadi pada ketiga kalinya debat, bukan diselesaikan pada giat debat yang disediakan, tapi justru menawarkan debat diluar debat resmi. Inikan lucu.
Bahkan ketika debat usai, pendebat calon presiden bahkan berkoar-koar di tengah masyarakat, kemudian mengeluarkan kata-kata kasar, dan berimbas ke fitnah. Bahkan terlihat memunculkan dendam pribadi. Inikan tidak fair.
Ketika debat berlangsung kenapa isi program dan gagasannya tidak diumbar habis dalam debat, ini malah membuat “onar” diluar debat.
Sehingga menimbulkan kecurigaan bila sang pendebat tidak siap untuk berdebat, karena gagasan dan data programnya tak dibuka habis. Ini yang menjadi masalah.
Seharusnya pada saat debat berlangsung seluruh upaya kemampuan berdasarkan data harus diselesaikan tuntas tanpa alasan. Sehingga rakyat bisa menilai kemampuan sang pendebat.
Padahal Debat adalah proses komunikasi, yang melibatkan diskusi terstruktur antara dua atau lebih individu atau tim, yang memiliki pandangan atau pendapat yang berbeda tentang suatu topik.
Adapun tata cara debat, membuat peserta berusaha, untuk meyakinkan pendengar atau juri bahwa pendapat atau posisi yang mereka pertahankan, adalah yang paling kuat dan layak diterima.
Tata cara debat umumnya melibatkan argumen yang didasarkan pada fakta, logika, dan bukti-bukti yang relevan.
Peserta debat menggunakan strategi komunikasi, untuk menyampaikan argumen mereka dengan cara yang persuasif dan efektif.
Tujuan debat bisa bervariasi, mulai dari meyakinkan orang lain untuk mengubah pandangan mereka, mempengaruhi keputusan atau kebijakan, hingga memperluas pemahaman tentang suatu isu.
Sekali lagi kita mengambil kesimpulan, bahwa acara debat yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU), ternyata sia-sia saja tidak tuntas. Pendebat terkesan cengeng dan terbawa perasaan. *****