Ramadhan dan Toleransi || Oleh Nazar Husain
HIDUP di Indonesia, kita patut bersyukur, karena “rasa bersaudara” telah tumbuh sejak nenek moyang kita hidup di tanah nusantara yang kaya tradisi, budaya serta bertoleransi tinggi.
Rasa bersaudara tidak memiliki jarak, siapa pun dia, dari suku apa pun dia, dan agama apa pun dia semua terikat tali cinta kasih berbangsa dan bernegara. Tak perduli wajahnya, dari keluarga siapa.
Historis berbangsa kita lahir sebagai bangsa beradab dan ramah tamah, berbudaya tinggi dengan segala pengorbanan saling asih, saling asuh.
Bahkan para pahlawan kita, pendiri nusantara ini pun rela berkorban nyawa demi tanah airnya tercinta. Sehingga hingga sekarang, rasa berkorban itu tertoreh di jiwa anak bangsa.
Torehan semangat itu masih meletup dalam jiwa; “Tak Sejengkal Tanah Kami Tak Akan Kulepas, NKRI Harga Mati!”. Itulah yang membanggakan bangsaku.
Namun anehnya, peradaban kita saat ini, pada era digitalisasi tercoreng dengan segala tindakan memalukan. Tindakan yang sangat melukai “rasa persaudaraan” kita yang sudah tertanam dalam jiwa. Bahkan hati ini menangis melihat anak bangsa saling “membunuh karakter dan mematikan rasa toleransi”.
Ada apa dengan bangsa ini? Ini pertanyaan yang banyak bertanya kepada saya. Kenapa bangsa yang memiliki budaya tinggi, memiliki sifat ramah tamah, sudah hilang. Apa karena kebutuhan yang sudah sangat tinggi, menjerat kehidupan kita.
Atau kehilangan arah hidup dan kehidupan sehingga tega menodai persatuan bangsa dan kesatuan umat yang telah ditanam oleh nenek moyang kita. Kita pun bagai bangsa yang terkotak-kotak dengan cara sendiri-sendiri.
Memasuki bulan suci Ramadhan tahun 2022 ini, kita wajib mengembalikan lagi rasa persaudaraan kita yang mulai punah. Kita rengkuh kembali rasa toleransi tinggi demi kenyamanan bernegara dan berbangsa, guna mengembalikan cita-cita nenek moyang kita.
Saat ini kita tak perlu lagi mempersoalkan kebenaran agama, keyakinan yang kita anut. Sebab keyakinan siapa pun dia, itu urusan dia dengan Tuhannya. Bukan urusan kita. Urusan kita bsgaimana hidup di kehidupan ini menjadi nyaman, tenang melaksanakan ibadah masing-masing agsma. Termasuk memenuhi kewajiban hidup dan kehidupan biar keluarga kita damai dan tentram.
Selamat menunaikan puasa bagi yang melaksanakannya. Bagi agama lain, mari kita hormati umat Islam beribadah puasa di bulan Ramadhan. ****
●Jakarta 2 Maret 2022