2024-05-04 7:54

Harta dan Tahta Bukan Jaminan Bahagia || Oleh Endah Sayani

Share

KEBAHAGIAAN sesungguhnya itu bukanlah harta dan tahta, harta hanyalah kesenangan sesaat, kebahagiaan yang sebenarnya ada pada cinta dan kasih sayang pasangan kita.
Banyak yang berpisah karena hati terluka walaupun bergelimang harta dan tahta yang mentereng. Tapi tidak sedikit pula ada yang rela nggak apa hati terluka yang penting dari segi finansial terpenuhi, mungkin yang seperti ini punya alasan tertentu, apa? Tentunya mereka sendirilah yang mengetahuinya.

Bisa dikatakan dua sisi mata uang antara harta dan cinta, tanpa cinta hidup hampa, tanpa harta hidup sengsara. Dilema ya?

Sebetulnya, hidup memang harus seimbang antara harta dan cinta. Tapi inilah kehidupan yang tidak sempurna, bagi orang-orang yang memiliki keduanya itu privilege dari Tuhan, sangatlah bersyukur apa yang mereka dapatkan keduanya. Tapi bukan berarti kita juga tidak bersyukur dengan kehidupan yang beda dengan mereka yang bisa mendapatkan keduanya.

Padahal, kebahagiaan orang bukan karena punya uang banyak, punya posisi, tapi kebahagiaan terbesar karena punya keluarga dan orang terdekat di samping mereka, satu hal yang perlu diingat bahwa kebahagiaan yang hakiki adalah selalu berdekatan dengan Tuhan. Dan kebahagiaan itu kita yang ciptakan dan rasakan.

Banyak diluaran sana orang-orang meninggalkan harta karena hati terluka dan akhirnya memilih hidup sederhana yang penting bahagia, dulu mereka mati-matian ingin meningkatkan derajat keluarga, meningkatkan ekonomi agar segala sesuatu terpenuhi karena melihat dan hati kecil berkata, “enak ya kalau jadi orang kaya, banyak uang bisa beli apa saja,”
Nggak salah memang kita punya keinginan hidup yang layak itu manusiawi. Karena saat kita mau bersedekahpun tentunya pakai materi, dan karena materi jugalah orang dihargai.

Tapi apa yang terjadi setelah kita bergelimang harta dan tahta, tentu cobaan hidup takkan lepas dari diri kita, ketika ekonomi meningkat gaya dan pola hiduppun berubah, ada yang menjadi tinggi hati ada pula terkena ujian hati.
Terlebih akan terjadi pada laki-laki yang lemah iman, ketika memiliki harta otomatis dengan gaya hidup yang borjuis pakaian perlente disinilah ujian hati dimulai.

Karena merasa punya banyak uang lalu sesuka hatilah mereka berulah. Pasti keinginan akan selalu ada, mengedepankan ego dan nafsu belaka. Keinginan berselingkuh, sekedar bermain hati bahkan sampai menikah lagi. Tanpa mereka peduli dengan pasangan yang sama-sama berjuang dari nol hingga dia bisa menjadi orang sukses kini, itu semua mereka lupa dibutakan oleh cinta yang baru, dengan alasan bosan, tidak lagi menantang dan semenarik dulu. Tanpa memikirkan ada hati yang terluka yang notabene dulu orang yang berjuang bersama-sama disaat sengsara.

Bosan, ya sebuah alasan klise yang selalu dilontarkan laki-laki ketika sudah sekian lama bersama. Setelah kepuasan ia dapatkan, berubahlah seluruh perasaannya yang dulu mati-matian ingin berkorban kini cuek tak lagi perhatian, yang dulu berusaha selalu ada kini tak lagi perduli, berbagai alasanpun dia katakan.
Hingga pada suatu waktu dia berubah tepat ketika kamu sayang-sayangnya dan takut kehilangan.

Ketika harta dan tahta dimiliki lalu egopun merajai hati, banyak wanita yang terlihat lebih cantik dan menarik, menggoda bagi kaum laki-laki yang merasa mampu untuk mendua, tidak bisa dipungkiri sebab itu realita. Perasaan seseorang memang mudah berubah-ubah, terlebih rasa cinta dan sayangnya hanya dari bisikkan setan tampak manis di awal. Banyak laki-laki yang berubah karena alasan bosan, sudah sukses dalam segi finansial. Dengan mudahnya ia akan melakukan apa saja sesuka hatinya tanpa perduli perasaan pasangannya yang begitu mencintainya.

Itulah egoisnya laki-laki

Ironis memang; Dulu isteri yang membantunya untuk berdiri, justeru kini wanita lain yang dia ajak berlari

Kebanyakan laki-laki akan bosan pada pasangannya ketika sudah memiliki dan mendapatkan segalanya dan lamanya dalam hubungan.

Kebanyakan wanita justeru sebaliknya semakin lama dalam hubungan dan bisa memiliki segalanya, semakin dalam cintanya kepada pasangannya dan takut kehilangan.

Well, selalu berdekatan dengan Tuhan, cinta dan kasih sayang keluarga, hidup dalam keberkahan itulah kebahagiaan yang sesungguhnya. Untuk Anda yang memiliki hidup seperti ini bersyukurlah bahwa ini hadiah istimewa yang Allah berikan.


Semoga menjadi inspirasi.

Penulis: Pimpinan Umum

Editor: Agatha

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *