2024-06-26 23:48

Perilaku Seksis; Mansplaining Menghambat Karier Perempuan || Oleh Endah Sayani

Share

PERNAH enggak kalian saat diskusi atau rapat di kantor pembicaraan kalian dipotong oleh teman laki-laki.
Laki-laki memotong pembicaraan perempuan justeru lebih ngegas saat ditegur.

Laki-laki berbicara seolah-olah mereka tahu segalanya melebihi perempuan, mereka kerap memberi komentar tanpa diminta lawan bicaranya dan meremehkan pendapat kemampuan perempuan.

Saya pribadi sering mengalami hal seperti ini saat rapat kerja atau diskusi ringan dengan teman. Akhirnya sayapun hanya bisa terdiam karena laki-laki merasa lebih kuasa dan mengerti akan segala hal.

Apa yang dilakukan oleh para kolega di kantor atau teman kita adalah bentuk dari diskriminasi gender yang dinamakan mansplaining.

Apa itu mansplaining?

Mansplaining adalah bentuk diskriminasi gender yang sistematis dan terlembaga, yang secara implisit mematok nilai yang lebih rendah dari suara perempuan.
Istilah mansplaining pertama kali digambarkan oleh penulis/aktivis Rebecca Solnit dalam esainya “Men Explain Things to Me—Facts Didn’t Get in the Way “.

Mansplaining sebagai kombinasi dari “kepercayaan diri berlebihan dan ketidaktahuan” karena secara kultural laki-laki selalu ditempatkan di posisi yang lebih superior.

Unsur seksisme yang ada di dalam mansplaining sangatlah berbahaya bagi perempuan, kerap digambarkan perempuan sebagai seseorang yang kurang kompeten, kurang cerdas, dan kurang berpendidikan dibandingkan laki-laki.

Perempuan pun secara sistematis dipinggirkan dan dikecualikan didalam proses pengambilan keputusan, tidak dianggap kontribusinya dalam melakukan sesuatu, bahkan tidak dihargai kerja keras atau pendapatnya.

Melalui mansplaining kemudian mengerdilkan perempuan dengan cara membungkam suaranya secara sepihak.
Hal ini akan berpengaruh pada perempuan yang merasa diremehkan dan tidak dihargai.

Mansplaining menjadi faktor penghambat karier perempuan, melalui pembuatan kebijakan yang bias gender.

“Sedangkan perempuan-perempuan yang tetap berpegang pada pemikiran seksis dan kebiasaan menyusup kedalam feminis
adalah ancaman yang sangat berbahaya.”

Mansplaining berdampak pada normalisasi pelecehan seksual terhadap perempuan.
Yang kerap laki-laki lakukan dengan memanggil “sayang” terhadap perempuan yang baru dikenal.

Dan ketika kita protes tentang hal tersebut mereka malah mengatakan kita lebay. Karena bagi laki-laki hal ini sesuatu yang lumrah.

Tanpa mereka sadari tidak semua perempuan bisa disamakan karena ada perempuan yang friendly, ada juga yang selalu jaga kehormatan karena punya posisi dan potensi yang layak dihargai.

Mansplaining sebuah tindakan yang kerap melanggengkan dominasi kekuasaan laki-laki atas perempuan diskriminasi gender yang akan meminggirkan eksistensi perempuan.

Seksisme sebuah diskriminasi

berdasarkan jenis gender atau keyakinan bahwa laki-laki masih lebih tinggi derajatnya dari perempuan. Definisi seksisme itu sendiri, satu kelompok dianggap lebih unggul atau lebih rendah dari kelompok lainnya.

Adapun bentuk seksisme itu sendiri bermacam-macam bisa berupa ekonomi, politik, sosial, atau budaya.

Ketika seorang pria melakukan mansplaining kepada seorang wanita, orang-orang di sekitar mereka akan menjadi sangat tidak nyaman.

“Kebanyakan orang tahu bahwa
merendahkan seseorang atau menunjukkan
dominasi melalui intimidasi bukanlah hal yang keren.”

Mansplaining ini sikap merendahkan secara blak-blakan, karena mereka menganggap perempuan tidak mampu melakukan sesuatu dengan benar, mereka sampai mengungkapkannya dengan sangat jelas.

Mereka mengatakan hal-hal seperti, “Lakukan yang terbaik yang Anda bisa” atau, “Saya tahu Anda tidak mampu, jadi lakukan saja apa yang Anda bisa.”

Bicara penuh sarkasme didepan orang banyak, mansplaining tidak hanya untuk membuat perempuan merasa bodoh tetapi untuk memamerkan kecerdasan seorang pria, terutama di hadapan orang banyak.

Mansplaining membatasi tindakan manipulasi. Perempuan akan merasa marah setelah mendapat perlakuan ini.
Dan para ahli teori feminis menjelaskan bahwa penindasan terhadap perempuan tersebar luas di hampir semua lapisan masyarakat.

Dikutip HarianPelita.id dari hasil riset yang dilakukan:

“Vale”
Mendukung keberagaman
GENDER
DI DUNIA
KERJA

Kenapa pahlawan perempuan adanya di uang kecil?

Perempuan sering terpinggirkan di dunia kerja kesenjangan upah pekerja laki-laki dengan perempuan mencapai 23% (women at work,2016)

Riset McKinsey
Hanya 20% perempuan di middle management
Dan 5% posisi CEO (2018)

PT Vale Indonesia tbk mendukung keragaman gender
● Febriany Eddy jadi CEO dan Presdir Vale Indonesia
● Penyetaraan upah laki-laki dan perempuan
● Meningkatkan presentase pekerja perempuan dan difabel
● Kebebasan salurkan ide dan passion

Perlahan situasi ini berubah di level C-Suite naik jadi 26%
(Women in business 2021)
Sumber: tirto.id

Kini saatnya perempuan merebut hak suara yang selalu dibungkam. Mungkin sedikit sulit, tapi perempuan memiliki hak karena kesetaraan Nah, seksisme di Indonesia sendiri sampai sekarang ini masih terjadi.

•Editor: Agatha

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *