2025-05-27 21:11

Komunikasi Kolaboratif Sekolah-Rumah Atasi Keterbatasan KBM Hybrid

Share

HARIAN PELITA—-Pandemi Covid-19 belum berlalu, meski jumlah kasus terus melandai tapi faktanya potensi mewabah selalu membayangi.

Perlu antisipasi dini, khususnya pada bidang pendidikan yang terpaksa menerapkan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) sementara para pendidik, orangtua dan siswa sendiri belum sepenuhnya mampu menjalani belajar online maupun hybrid.

Situasi itulah yang melatarbelakangi dilakukannya riset yang berjudul “Model Komunikasi Dua Arah Sekolah-Rumah dalam Mendukung Proses Belajar Mengajar Siswa Sekolah Dasar di Wilayah Teluk Pucung.”

“Perumusan model komunikasi dua arah kolaborasi Sekolah-Rumah atau SERU, diharapkan dapat meminimalkan kekurangan PJJ pada tingkat Sekolah Dasar (SD) di masa mendatang,” jelas Ketua Tim Riset MBKM Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Dr Aan Widodo S.I.Kom M.I.Kom saat membuka diskusi dihadiri akademisi, pendidik, birokrat dan orangtua siswa di Kota Bekasi, Jawa Barat pada Jumat (24/6/2022) lalu.

Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah, dua tahun belakangan harus dilakukan secara dalam jaringan (Daring) dan baru beberapa bulan dilakukan secara hybrid pasca pandemi terkendali.

Disadari terdapat sejumlah kekurangan dan hasil belajar yang kurang optimal dalam KBM online dan hybrid, maka akademisi sekaligus peneliti dari Ubhara Jaya mencari solusi dan strategi agar kualitas pembelajaran tetap terjaga bila pandemi muncul kembali.

Menurut Ketua Tim Riset sekaligus Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi bahwa komunikasi SERU yang bersifat dua arah merupakan bentuk kolaborasi antara pendidik, orangtua serta pihak terkait lainnya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Faktor komunikasi menjadi penting dalam membangun sistem pembelajaran holistik, apalagi ketika interaksi antara pendidik, peserta didik dan orangtua hanya melalui saluran telekomunikasi digital.

“Penelitian dengan tema SERU ini, merupakan model komunikasi pembelajaran yang efektif di masa PJJ terutama bagi siswa SD, sebab keterbatasan infrastruktur, sarana prasarana pembelajaran, literasi digital siswa, orangtua maupun guru menjadi persoalan lain ditengah tuntutan pembelajaran Daring. Sehingga kolaborasi SERU melalui pendampingan pembelajaran dari universitas menjadi salah satu solusi,” ujar Aan Widodo yang juga pengurus Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi (ASPIKOM).

Dalam Focus Group Discuss (FGD) digelar di kampus Ubhara Jaya, Bekasi mengundang guru Sekolah Dasar (SD) di wilayah Kecamatan Teluk Pucung, Bekasi Utara, Kota Bekasi

Diantaranya Ibu Neng Lulu Marpuah S.Pdi dari SDN Teluk Pucung 6 yang mengakui bahwa dampak paling terlihat dari KBM online adalah merosotnya etika dan perilaku sopan santun para peserta didik karena kurangnya kontrol secara langsung para guru dan minimnya pengawasan orangtua.

”Pelajaran paling besar hadapi kendala dalam belajar Daring adalah matematika. Hampir setiap murid alami kesulitan dan guru pun tak dapat sepenuhnya memberi penjelasan secara detail kepada setiap individu peserta didik, sehingga Saya mengundang langsung ke rumah. Terlebih ada beberapa siswa tidak memiliki handphone, terpaksa Saya pinjamkan,”keluh Ibu Badriyah seorang pendidik dari SD Teluk Pucung 11.

Dampak lain dari KBM Daring terjadi tindakan tidak terpuji dari peserta didik yaitu tugas-tugas termasuk ujian online ternyata dikerjakan orang lain atau malah orangtuanya sendiri. Menurutnya memang penting komunikasi yang baik agar orangtua turut membantu terlaksanya KBM Daring yang baik, bukan malah menimbulkan masalah baru.

Menanggapi realita yang sudah terjadi di masyarakat pada masa-masa kritis di tengah pandemi, akademisi dari Fakultas Ilmu Pendidikan Ubhara Jaya yaitu Sani Aryanto S.Pd M.Pd bahwa belajar Daring sebetulnya juga memiliki sisi positip.

Pembelajaran Daring membuat guru belajar tentang literasi digital, mencari inovasi serta cara-cara lain dalam belajar. Tapi memang masalahnya ketidakmerataan infrastruktur dan informasi karena secanggih apapun program yang dikembangkan Kemendikbud ujungnya adalah komunikasi dan sosialisasi.

Rencananya hasil FGD yang dilakukan tim riset MBKM Ubhara Jaya yang juga terintegrasi dengan program MBKM Proyek Pembangunan Desa (PMD)/KKN Tematik. Dimana hasil diskusi akan dianalisa dan menjadi masukan dalam upaya pengembangan model komunikasi dua arah Sekolah-Rumah.

Tim riset yang diapresiasi dan memperoleh hibah dari Kemendikbud Ristek beranggota Dr. Zahara Tussoleha Rony, S.Pd M.M, Wa Ode Sitti Nurhaliza S.I.Kom M.I.Kom serta Moh.Rifaldi Akbar S.Sos M Si. ●Red/mth

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *