Sarjana Komunikasi Dituntut Spesialisasi Kompetensi dan Kuasai Teknologi
FOTO; Dies Natalis ke 17 Fikom Ubhara Jaya terus berusaha memperbaiki kualitas diri, salah satunya meningkatkan kompetensi para dosen. ●Dok ubj
HARIAN PELITA – Lulusan Program Studi Ilmu Komunikasi jangan cuma sekadar paham dan tahu soal berkomunikasi tapi juga harus memperkuat kompetensi melalui berbagai sertifikasi sehingga dapat dibuktikan secara kualitatif.
Pendapat itu disampaikan Pakar Komunikasi Prof Dr Tuti Widiastuti pada acara Dies Natalis ke-17 Fakultas lmu Komunikasi Universitas Bhayangkara Jakarta Raya (Fikom Ubhara Jaya) bertema “Semangat Membangun Ekosistem Pendidikan yang Adaptif dan Resilienci di Era Digitalisasi”.
“Karenanya bagaimana dalam proses belajar perlu disertai juga dengan transformasi teknologi,” jelas Prof Tuti sebagai pembicara utama di hadapan ratusan mahasiswa, dosen, pejabat struktural dan Dekan Fikom Ubhara Jaya Dr. Aan Widodo, S.I. Kom, M.I. Kom yang hadir di Gedung Tanoto Kampus Bekasi pada Senin (20/6/2023).
Menurut Guru Besar Fikom Universitas Gunadarma Jakarta tersebut, saat ini peluang kerja maupun berusaha pada bidang komunikasi sangat terbuka.
Pekerjaan berbasis komunikasi seperti digital marketing, analisis sosial media dan content creator bahkan citizen journalist sangat dibutuhkan industri kreatif dan semuanya bersentuhan dengan penguasaan teknologi digtal.
Teknologi memiliki dua sisi positif dan negatif, namun faktanya teknologi informasi dan komunikasi membuat pengetahuan dan segalanya dalam genggaman.
Persoalannya bagaimana dosen maupun mahasiswa memanfaatkan sara itu untuk memperkuat kompetensi maupun mempertajam keahlian atau spesialisasi.
Dalam seminar dengan moderator Dr. Dina Kristina M.Si dikatakan Prof. Tuti pentingnya peran dosen dalam menghadirkan kegiatan belajar yang adaptif terhadap teknologi dan kekinian.
Pada sisi lain progam Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) perlu dikritisi utamanya soal mahasiswa yang satu atau dua semester tidak kuliah atau masuk kelas yang patut dirisaukan kebenarannya apakah benar telah terjadi proses transfer of knowledge pada mahasiswa bersangkutan.
Senada dengan pembicara sebelumnya, Kepala Program Studi Sarjana (S1) Fikom Ubhara Jaya, Moh. Rifaldi Akbar, S.Sos, M.Si mengatakan bahwa pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi tidak dapat dihindari dalam kegiatan pembelajaran.
Aplikasi interaksi virtual seperti Google Meet, Zoom, Microsoft Teams dan sejenisnya sebelum pandemi Covid-19 terdengar asing, kini telah sangat familiar dan kerap dimanfaatkan dalam proses perkuliahan.
“Masyarakat pendidikan Indonesia sangat beruntung karena bisa selamat dari pandemi tapi sekaligus juga berhasil atas terjadinya resiliensi berupa terlaksananya pembelajaran berbasis teknologi komunikasi digital,” ujar Dosen muda yang tengah mengikuti studi doktoral (S3) di Universitas Indonesia.
Termasuk para dosen dan mahasiswa di Fikom Ubhara Jaya yang selamat dari pandemi namun juga mampu beresiliensi pada proses pembelajaran digital. Menurutnya hal ini harus disyukuri karena di luar sana masih terjadi kesenjangan teknologi yang dampaknya proses belajar tidak berjalan. Beberapa faktor belum terjangkau sinyal, tidak memiliki gawai serta keuangan keluarga yang lemah. Beruntung tidak menerpa keluarga besar Ubhara.
Sementara dalam sambutannya, Dekan Fikom Ubhara Jaya Dr. Aan Widodo, S.I.Kom, M.I.Kom menyampaikan tengah terus bekerja keras mencapai akreditasi yang terbaik.
Menurutnya sejak lahir 2006 lalu fakultas terus melakukan perbaikan kinerja maupun fasilitas sehingga mampu terus berkembang bahkan kini tercatat memiliki lebih dari 1000 mahasiswa aktif.
“Bahkan untuk menuju akreditasi itu Kami melakukan ‘bedol desa’ yaitu setelah punya 10 doktor, fakultas juga mendorong 14 dosen untuk segera menuntaskan studi doktoralnya. Saya juga berterima kasih kepada 40 dosen tetap yang sudah memilih berkarier di Fikom Ubhara” jelas alumni UNPAD Bandung yang dipercaya menjabat Dekan sejak delapan tahun lalu.
Menurutnya perlu kerja keras dan kontribusi dari semua pihak agar Fikom Ubhara Jaya yang memasuki usia 17 tahun atau usia enerjik, mampu berprestasi sekaligus meningkatkan kualitas pembelajaran.
Saat ini Fikom selain menggelar program studi sarjana (S1) juga telah membuka program studi magister (S2) sejak tahun 2022 lalu, artinya semua keluarga besar fakultas seperti dosen, struktural termasuk mahasiswa harus berkontribusi dalam bentuk memperbaiki kualitas diri, jelasnya yang juga menjadi tim penilai di Grand Final Duta Fikom 2023 yang dimenangkan oleh Dicky Adiatma. ●Red/Metha
FIKom Ubhara Jaya Keren…👍❤️